Jumat, 07 Januari 2011

INKULTURASI KEBUDAYAAN

A.Latar Belakang Masalah

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berjalan sangat pesat berakibat pada masuknya budaya-budaya asing. Hal ini merupakan dampak dari fenomena globalisasi melalui peranan media dalam mengantarkan pesan/informasi yang bersifat global. Media elektronik maupun cetak telah menimbulkan pergeseran-pergeseran nilai budaya maupun nilai-nilai fundamental budaya suatu bangsa.

Fenomena ini kemudian merujuk pada proses akulturasi dan inkulturasi budaya asing dengan budaya lokal masyarakat indonesia. Proses akulturasi sendiri ditandai dengan masuknya unsur – unsur kebudayaan asing yang lambat laun mendapat perhatian dan diterima oleh kebudayaan masyarakat yang telah ada tanpa menghilangkan nilai-nila kepribadian kebudayaan itu.

Dan ditengah arus globalisasi saai ini adalah yang wahar terjadi. Saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar masyarakat. Dalam hal ini media memiliki perananan penting untuk menstransformasikan pesan-pesan budaya. Fenomena ini tentu saja membawa dampak pada masuknya nilai-nilai budaya asing kedalam masyarakat.





B.Rumusan Masalah
1. inkulturasi seperti apa dalam saluran-saluran melalui mana seorang individu di tempat sebagi subjek kebudayaan?
2.dampak-damapk apa saja dari proses inkulturasi budaya ?



BAB II

PEMBAHASAN

A.Definisi Inkulturasi
Pembinaan kebudayaan berlangsung mulai proses-proses asasi,yang dalam ilmu internasional dinamakan inkulturasi,akulturasi,dan modernisasi.ketiga proses ini mempunyai hubungan timbal balik,dan berganti-ganti dapat mengalami akselerasi atau pembekuan.adapun inkulturasi merupakan istilah yang baru muncul menurut analogi faham inkulturasi yang sudah sejak dasawarasa lazim untuk di pakai.lafal en dan in kulturasi di gunakan kadar yang sama (en=yunani,dan in=latin,”ke dalam”),di artikan sebagai latihan,berkat mana seorang individu diintergrasikan ke dalam kebudayaan sezaman dan setempat.

Dan inkuturasi dapat di uraikan dalam empat bagian:saluran-saluran melalui mana seorang individu di tempat sebagi subjek kebudayaan,isi objektif atau cita-cita kebudayaan yang di harapkan dari padanya,kontrol atau sangsi melawan penyelewengan,ketegangan antara inkulturasi dan daya cipta seseorang.

1.Saluran Inkulturasi
Ini suatu jaringan padat dari macam-macam pengaruh yang mengelilingi seorang individu untuk menyalurkannya,agar memenuhi kaidah-kaidah dari kelompok social di mana dia bergerak.sejak kecil dia mulai dilatih,ditertibkan,dididik untuk menyesuaikan diri kepada umum,pendapat umum,dan harapan umum.dalam lingkungan-lingkungan yang semakin luas dia di bimbing untuk menjadi anggota keluarga,anak sekolah,penduduk Negara dan menjadi warga Negara yang baik.di antarkan untuk keluar dari kedirian yang terbatas dan memperkembangkan bakatnya di luar pergaulan dan lain-lain agar membadani nilai-nilai umum dan objektif.itulah syarat untuk menerima sepenuhnya dan untuk ikut serta dalam memajukan kebudayaan dalam horizon yang semakin luas.dari suasana mesra dusun kearah sadaran dunia,dari pengajaran guru daar samapi kontak rohani dengan sarjana internasional,dari tiru-meniru hingga seleksi yang insaf mengenai nilai-nilai yang tersedia.

Oleh pendidikan dalam keluaga dan pengajaran sekolah anak mulai belajar bahasa,alat utama dalam proses inkulturasi,berkat mana ia sudah di cap oleh kebudayaan khusus.da di desak untuk menghargai yang di hargai dan mencela yang di cela dalam lingkunganterbatas supaya jangan berkembang secara liar.siasat itu perlu untuk menjamin sebuah keseimbangan dasar,sehingga setelah tercapai kedewasaan,kemungkinan-kemungkinan yang lebih luas dapat di hadapi dengan tanggung jawab.perlulah jawab tepat atas adat istiadat dan kebuasaan masyarakat primer,agar ia menjadi sepaham,seragam dalam segala hal dimana menyimpang tiada gunanya.setiap kebudayaan setabil menghargi kebiasan biasa.[1]

Diatas lingkungan keluarga dan sekolah dan bidang yang lain kurang lebih bebas dalam mass-media,Negara pun menyebabkan inkulturasi tidak langsung menuju praturan,hokum dan pengadilan.bakan inkulturasi dapat dituju secara langsung seperti dalam lembaga pembinaan kesatuan bangsa(1963-1967) atau operasi pembudayaan(1971).kesesuaian dengan lingkungan yang lebih intim harus diselengarakan dengan demokratis,agar terjamin kontinunitas dan dihindarkan konflik pengaruh:bila kedua macam pengaruh berkonverngensi asil baik tercapai.

2.Objek Inkulturasi
“basic personality structure”itu,atau kepribadiaan dasar adalah alat konsepsional yang di perkenalkan oleh Abraham kadiner(1939) dan di terapkan secara luas-luas.kardiner menegaskan bahwa struktur itu tidak di hayati oleh individu sebagi tertib yang datang dari luar melainkan sebagai cara eksistensinya dan pengalamannya sendiri.cara pengamatan dan tanggapan-tanggapan seseorang di warnai olehnya dan dari situlah dia memproyeksi ke-khususnya ke dalam objek-objek,orang lain dan lembaga-lembaga yang di hadapinya.segala aspirasi,intuisi,sikap,keyakinan,harapan,perasaan dan penilaian mencerminkan struktur mental bersama itu.cara menanggapi kenyataan dan membela etos di pengaruhi olehnya,tidaklah dengan merelativir kebenaran dan kebijakan mutlak,melainkan dengan mencap modalitas khas.dalam pengalaman realita secara berbeda-beda tercantum kekayaan alam pikiran yang tak mungkin untuk diungkapkan dalam sikap dan rumusan seragam.itu pun dapat pula mensahkan perbedaan-perbedaan antar budaya dan pengakuan hak kebudayaan khusus.dalam rangka itu di tetapkan usaha membina hukum nasional,pendidikan nasional,ekonomi nasional,nation building,wajah nasional dari agama universal dan lain-lain.

Kepribadian dasar itu merupakan objek legitim dari inkulturasi.dari situ pula di tentukan pluriformitas dan koesistensi pelbagi kebudayaan,masing-masing menurut pengalaman dan pengamatan akekat dan penciptaan nilai-nilai tersendiri,itu lah tidak membawa serta subjektivitas dan  relativisme.nilai-nilai tetap objektif,perkembangan di inginkan di mana-mana.charter of human rights di akui segala bangsa.bawa nilai-nilai budaya adalah objektif ternyata dari kontradiksi ahli teori relativisme kebudayaan yang merangkum adat mengayau di antara unsur-unsur kebudayaan,tetapi berkata dengan simpatik,”silakan tuan dulu”memang di antara nilai-nilai,di pilih yang paling cocok dan bersama-sama merupakan struktur,apalagi di realisir dan di interiorisasi menurut cara terendiri.sedemikian itulah nilai-nilai berakar dan pada pertemuaan antara kebudayaan saling melengkapi.

Dalam perkembangan struktur kebudayaan menurut corak kepribadian dasar saham perseorangan dalam partisipasi dalam hidup budaya di perluas dari dimensi antar pribadi sampai dimensi antar bangsa.sepadanan dengan hal yang di utarakan seperti terdahulu,di sini juga terdapat keharusan untuk mengemban cultural univeritas specialities secara soldier menurut kepentingan nasional dan pilihan bebas teradap cultural alternatives dan optionals sesuai dengan factor-faktor kebudayaan setempat.

Aktualisasi sejumlah nilai dalam rangka structural telah mengasilkan dalam perjalanan sejarah badan budaya yang menegaskan seperti romanitas,hispanidad,deutschtum,amerikanisme dan isha`allah ke indonesiaan.

Di dalam Indonesia sekarang ini tampaklah peralihan dari kepribadiaan dasar asli yang terbatas kea rah kepribadian yang bersifat kebangsaan.proses peralihan itu berjalan atau melompat-lompat sesuai dengan kesungguhan saluran-saluran inkuturasi.taraf nasionalisme reaksioner,yang terutama retrospekti,terpikat oleh kemuliaan zaman lampau dan termenung atas frustasi kebudayaan yang di karenakan penjajahan.kini minat mulai di geserkan kepada zaman depan,kepada nation building dan berkembangnya pemandangan baru dan”empirical representation”mengenai pengalaman baru.

Dan di tantang oleh frustasi kebudayaan,dari dalam feodalisme,dari luar kolonialisme,timbulah hasrat untuk merumuskan kepribadiaan indonesia agar proses inkulturasi jangan larut menjadi kabur.warisan kebudayaan tradisional di timbang agar arh pembangunan mendapat manfaat dari padanya,serta perubahan yang paling dapat di tampung secara harmonis,dengan menjamin ke langsungan,tanpa mengakibatkan disintergrasi.

Tampaklah kesadaran bahwa gaya kebudayaan tradisional dan stereotyp sudah tidak cocok lagi dengan aspirasi sekarang.kesadaran itu memancarkan rasa jijik terhadap pola asli dengan mengalihkan perhatian dengan contoh-contoh asing yang menarik.akan tetapi gairah asli menghindarkan mengutamakan pola asing,agar jangan hancur identita  sendiri.karena ketegangan itu refleksi atas nilai-nilai yang harus mantap dan yang aus ditrasformir menggerakan sejumlah ahli untuk merumuskan keindonesiaan yang bernilai:profil manusia Indonesia sejati.terdapat sumbangan bagi soal itu secara perseorangan dan kelembagaan.pun pula setelah di organisir suatu pendekatan masal di bawah pimpinan prof.Mr.Djokosutono yang mengadakan angket.wawancara perundingan dengan ratusan orang.hasil penelitiannya di bukukan dan dihaturkan kepada dewan perancang nasional dan MPRS II 1960 dan disahkan olehnya,agar di perhatikan pada penyusunan undang-undang baru.

Sifat sikap nilai semangat yang di sepakati sebagai unsur-unsur spesifik dari ke indonesiaan,kepribadian dasar atau identitas nasional terdiri dari:ke tuhanan/kebatinan-kekeluargaan-komunitas/gotong-royong-musyawarah/mufakat-tenggang-meneggang-ramah-tamah(hospitality)-kerakyatan-toleransi/sinkeritsme-pengayoman teradap orang lemah-keadilan-sopan santun/budi bahasa-sikap sabar menanti-pengamatan menurut fungsi sekunder-berani mengalah dan sedia tunduk.menurut pola itulah orang Indonesia mencita-citakan manusia.

3.Bimbingan dan kontrol inkulturasi
Penerbitan inkulturasi berjalan sesuai dengan makna kebudayaan,yaitu secara spontan dan bebas.sebaiknya tidak ada intervensi langsung dari kekeuasaan dan sangsi-sangsi.nilai budaya diraealisir dengan budi mereka dan dari batin manusia.sangsi tepat adalah mencap seorang yang menyeleweng dari pola umum dengan setigma biadab.saluran penerbitan berbeda-beda menurut sikap dan nilai masing-masing dan bergantung pula dari nilai drajat pemlembagaan nilai tersebut.pada umumnya saluran control budaya di dapat dalam protes,keritik serta pujian dan penghadian.reaksi mayarakat teradap hasil kebudayaan mempunyai segi ekonomis juga,sebaiknya tida campur tangan  dari segi ideology,politik,kebudayaan terpimpin,dewan kebudayaan Negara dan lain-lain.dari pengalaman sejarah di ketahui bahwa proteksi dan subsidi kebudayaan secara arifisial menyatakan situasi budaya yang merana atau yang berbau tata Negara kediktatoran.terutama media komunikasi masa mempunyai fungsi dalam mengamankan jalan bebas inkulturasi,jadi itupun berhak bebas pula.

4.Ketegangan antara inkulturasi dan daya cipta
Inkulturasi mencapai hail terbaik bila berjalan lancer,luwes dan bebas.pertimbangakan harus mengabungkan tradisi dengan daya cipta.selfexpression,supaya nilai-nilai di asimili secara dinamis,tebuka dari peningkatan lebih lanjut.warisan kebudayaan tidak di persentasikan sebagai beban,melainkan sebagai pekayaan individu.di sinilah teletak pebedaan inkulturasi dan indoktrinisasi nilai,cukuplah meniru lahiriah.karena itulah untuk inkulturasi wajar aru di hindarakan dua ekses itu.

Ketegangan antara cita-cita tradisi dan aspirasi kaum muda terjadi bila penyiaran nilai tua terjadi dengan paksaan.angkatan muda berak bersifat keritis dan selektif terhadap hal yang di harapkan dari padanya.mereka mengalami kelemaan warisan dalam berbagai aspek dan berhasrat mengkoreksinya.warian itu tidak memiliki hak mutlak.

Senada dengan dalil teoritis terbaca dalam mahasiswa Indonesia”tidak heran kalau pengertian kepribadiaan nasional ini sering menjadi slogan bagi golongan-golongan yang tidak menyukai perubahan (golongan-golongan kolot,konservatif)atau kepribadian nasional itu di pergunakan sebagai sikap hidup si penguasa atau golongan yang sedang berkuasa dalam masyarakat.di sini slogan kepribadiaan nasional di salah gunakan yaitu di dasarkan pada ukuran subjektif,sesuai dengan sikap hidup yang di kenal dan di senangi oleh penguasa atau golongan yang berkuasa itu.

Suatu tafsiran yang pragmatis realities,yaitu memandang paham kepribadiaan nasional itu sebagai suatu hal yang dinamis,yang berubah-ubah.tafsiran ini melihat kepribadian nasional itu bukan hanya di tentukan oleh sejarah atau pengalaman-pengalaman bangsa.di maa lampau,tetapi juga dii pengaruhi keadaanya pada suatu masa atau kebutuhan zamannya,serta cita-cita bangsa itu di masa depan.dengan pengertiaan ini,maka suatu adat-istiadat atauu nilai-nilai social-kultural yang menurut sejarahnya termasuk kepribadian nenek moyang bangsa kita pada masa kita,aruslah di tinggalkan,apabila ternyata sudah tidak sesuai dengan kebutuhan zaman kita pada masa depan.


B. Harapan dari adanya proses inkulturasi budaya bangsa

Proses Inkulturasi ditengah arus globalisasi[2] saai ini adalah yang wahar terjadi. Saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar masyarakat. Dalam hal ini media memiliki perananan penting untuk menstransformasikan pesan-pesan budaya. Fenomena ini tentu saja membawa dampak pada masuknya nilai-nilai budaya asing kedalam masyarakat.

Sebenarnya proses Inkulturasi adalah sesuatu yang harus disikapi dengan bijak. Banyak arus informasi budaya asing yang membawa inovasi pada budaya lokal yang seharusnya tanpa menghilangkan nilai-nilai budaya lokal. Contoh kecil, pementasan tari atau acara sejenis lainnya, kini dapat lebih bergairah dengan sajian teknologi modern.
Namun tidak dapat dipungkiri, fenomena masuknya budaya asing juga telah banyak menggeser nilai-nilai budaya lokal masyarakat. Masalahnya sekarang adalah tinggal bagaimana kita menyikapinya dan menerapkan budaya yang dapat tercermin dengan cara-cara yang benar.

C.Dampak dari proses inkulturasi budaya

Salah satu dampak dari proses Inkulturasi budaya yang paling dirasakan adalah bergesernya nilai-nilai budaya lokal ke arah budaya barat.Hal lain yang menjadi masalah bagi negara dalam proses Inkulturasi adalah rendahnya pemahaman dalam pemakaian bahasa indonesia yang baik dan benar (bahasa juga salah satu budaya bangsa). Sudah lazim di Indonesia untuk menyebut orang kedua tunggal dengan Bapak, Ibu, Pak, Bu, Saudara, Anda dibandingkan dengan kau atau kamu sebagai pertimbangan nilai rasa.

Saat ini ada kecenderungan di kalangan anak muda yang lebih suka menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta seperti penyebutan kata gue (saya) dan lu (kamu). Selain itu kita sering dengar anak muda mengunakan bahasa Indonesia dengan dicampur-campur bahasa inggris seperti OK, No problem dan Yes’. Fenomena ini merupakan dampak dari arus iformasi yang tersalurkan melalui media TV, Surat Kabar, Internet dan sebagainya.[3]

Gaya berpakaian remaja Indonesia yang dulunya menjunjung tinggi norma kesopanan telah berubah kearah barat. Ada kecenderungan bagi remaja memakai pakaian minim dan ketat yang memamerkan bagian tubuh tertentu. Budaya ini diadopsi dari film-film maupun berbagai media lainnya yang ditransformasikan barat ke dalam masyarakat Indonesia.[4]




BAB III

KESIMPULAN

kebudayaan berlangsung mulai proses-proses asasi,yang dalam ilmu internasional dinamakan inkulturasi,akulturasi,dan modernisasi.ketiga proses ini mempunyai hubungan timbale balik,dan berganti-ganti dapat mengalami akselerasi atau pembekuan.adapun inkulturasi merupakan istilah yang baru muncul menurut analogi faham inkulturasi yang sudah sejak dasawarasa lazim untuk di pakai.lafal en dan in kulturasi di gunakan kadar yang sama (en=yunani,dan in=latin,”ke dalam”),di artikan sebagai latihan,berkat mana seorang individu diintergrasikan ke dalam ke budayaan sezaman dan setempat.

Dan inkulturasi dalam saluran-saluran melalui mana seorang individu di tempat sebagi subjek kebudayaan:
1.Saluran Inkulturasi
2.Objek Inkulturasi
3.Bimbingan dan kontrol inkulturasi
4.Ketegangan antara inkulturasi dan daya cipta

Serta Salah satu dampak dari proses Inkulturasi budaya yang paling dirasakan adalah bergesernya nilai-nilai budaya lokal ke arah budaya barat.










DAFTAR PUSTAKA

Winaro,Budi .Globalisasi Peluang Atau Ancaman Bagi Indonesia.jakarta: Erlangga 2008
Iliweri, Alo.Makna Budaya dalam Komunikasi Budaya. Jogyakarta: LKiS:2007
http://www.scribd.com/doc/17233234/Komunikasi-Antar-Budaya GenderLect-Style
J.W.M.Bakker SJ.Filsafat Kebudayaan sebuah pengantar.Kanisus.Yogyakarta:1984















[1] J.W.M.Bakker SJ.Filsafat Kebudayaan sebuah pengantar hal;104
[2] Winaro,Budi.Globalisasi Peluang Atau Ancaman Bagi Indonesia hal:134
[3] Iliweri, Alo.Makna Budaya dalam Komunikasi Budaya.ha:12l
[4] http://www.scribd.com